Author Archives: mediagyb

Mati dan hidup

Standar

Maria Magdalena hendak mengobati kesedihannya dengan pergi ke kubur Yesus. Baginya, cukup dengan melihat kubur Yesus, kesedihannya akan berkurang dan terobati. Namun ternyata disana dia bukan melihat Yesus yang mati di dalam kubur melainkan dia melihat Yesus yang hidup dan yang sudah bangkit. (Rm. Etus, SVD)

Sebagai saudaraNya

Standar

Kedekatan kita dengan Tuhan, lewat doa, lewat devosi, lewat peribadatan, lewat mendengarkan sabda Tuhan dan lewat menyambut Tubuh dan DarahNya dan terutama lewat melaksanakan setiap firmanNya, itulah yang menjadikan kita sebagai saudara saudari Tuhan, sebagai ibuNya, sebagai bapaNya dan sebagai saudaraNya. (Rm. Etus, SVD)

Mengabdi

Standar

Orangtua mana yang tidak merasa senang dan bahagia kalau anaknya mendapat jabatan dan kedudukan tertentu. Dan justru karena itu pula menimbulkan ambisi manusia untuk punya jabatan untuk mendapatkan kehormatan. Ibu Yakobus dan Yohanes meminta kepada Yesus agar kedua putranya diberi jabatan dan kedudukan di dalam Kerajaan Allah. Namun Yesus mengatakan bahwa soal kedudukan dan jabatan itu tidak begitu penting. Yang paling penting ada semangat orang untuk mau mengabdi. Seperti Putra Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. (Rm. Etus, SVD)

Misteri Kristus dalam Ekaristi

Standar

Yesus tidak hanya sekedar memberikan roti dan anggur yang telah diberkati kepada para rasul. Melainkan, Ia memberikan diriNya sepenuhnya -Tubuh, Darah, Jiwa dan ke AllahanNya. Ia memberikan DiriNya sendiri. DarahNya dicurahkan untuk menghapus dosa-dosa kita. Sebagai imam, Yesus mempersembahkan kurban penghapus dosa yang sempurna. Tetapi, kurbanNya ini bukanlah kurban yang mendatangkan maut, melainkan kurban yang memberikan hidup, karena tiga hari kemudian Kristus bangkit dari antara orang mati dengan mengalahkan baik dosa maupun maut.

Keseluruhan misteri Kristus ini diabadikan dalam Ekaristi. Kita juga mengambil roti tak beragi dan anggur, dua sumber makanan utama. Atas kehendak Bapa, dengan kuasa Roh Kudus dan imamat Yesus yang dipercayakan kepada para imamNya yang tertahbis dan melalui kata-kata konsekrasi, roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Seluruh substansi roti dan anggur berubah menjadi substansi Tubuh dan Darah Kristus. Kita tidak menyambut roti dan anggur, kita menyambut Tubuh dan Darah Kristus. Kita menyebut peristiwa ini sebagai ‘transsubstansiasi’, suatu istilah yang dipergunakan dalam Konsili Lateran IV (thn 1215) dan dipertegas kembali oleh Bapa Suci Yohanes Paulus II dalam ‘Ecclesia de Eucharistia’ (No. 15). Sebab itu, setiap kali kita merayakan Ekaristi, kita masuk dalam keseluruhan misteri Kamis Putih, Jumat Agung dan Paskah yang hadir sepanjang masa dan abadi, serta ambil bagian secara intim dalam kehidupan Kristus melalui Ekaristi Kudus. Melalui Ekaristi Kudus inilah Gereja mencapai kepenuhan kasih Tuhan yang tidak terbatas dan melampaui segala pengertian manusia yang memberikan keselamatan bagi orang yang percaya.

Kebangkitan, Penampakan dan Amanat Perutusan

Standar

Rangkaian cerita mengenai peristiwa kebangkitan Yesus dan penampakanNya kepada para murid disertai dengan sebuah amanat luhur kepada para murid untuk pergi bersaksi dan mewartakan tentang Kristus yang bangkit. Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu. Bahwa kegembiraan dan sukacita paskah kebangkitan tuhan, tidak hanya sebatas pada ekspresi kegembiraan karena berbagai upacara ritual yang dirayakan. Kegembiraan dan sukacita paskah sesungguhnya mengandung sebuah tugas perutusan yang diamanatkan oleh Tuhan sendiri.

Para rasul mengadakan banyak tanda dan mujizat di antara orang banyak. Banyak orang-orang sakit dan yang diganggu roh jahat, semuanya disembuhkan oleh mereka karena berkat kuasa Roh Kudus yang telah dihembuskan kepada mereka. Para rasul mampu melaksanakan hal-hal yang ajaib ini, bukan karena mereka hebat. Melainkan karena mereka dipakai oleh Tuhan dan karena mereka telah dihembusi dengan kuasa Roh Kudus. Mereka berkarya atas nama Tuhan yang telah mengutus.

Apa yang telah dialami oleh orang banyak itu, semakin membuat mereka untuk semakin percaya kepada Tuhan sehingga jumlah mereka semakin bertambah banyak. Pengalaman yang sungguh luar biasa dan menakjubkan akan segala kebaikan Tuhan itu mesti ditanggapi dengan untaian syukur untuk bersama-sama pemazmur mengatakan : Bersyukurlah kepada Tuhan, karena baiklah Dia. Pengalaman penglihatan Yohanes di pulai Patmos menegaskan bahwa Yesus yang telah mati, bangkit dan menampakkan diri ; kini hidup selama-lamanya. Dia adalah awal dan akhir dan yang hidup. KehidupanNya telah diberikan kepada kita supaya kita hidup dan dapat memberikan kesaksian tentang Dia.

Para murid dipenuhi dengan perasaan sukacita karena telah melihat Tuhan yang bangkit. Yesus menampakkan diriNya kepada mereka. Peristiwa penampakan itu sekaligus memberikan sebuah amanat bagi mereka untuk menjadi penerus bagi karyaNya. “Kami telah melihat Tuhan” merupakan kalimat yang berisi berita tentang Tuhan yang bangkit. Tuhan yang bangkit telah memperlihatkan diriNya kepada para murid. Maka tugas para murid selanjutnya adalah memberitakan dan memperlihatkan Tuhan yang bangkit itu dalam tugas perutusannya kepada orang lain agar semakin banyak orang yang percaya.

Sebagai bagian dari persekutuan para murid, kita pun dipanggil dan diutus dengan tugas yang sama untuk supaya dengan penuh sukacita mewartakan Kristus yang bangkit. Para murid perdana memberitakan : “Kami telah melihat Tuhan.” Pertemuan dengan Tuhan yang bangkit itulah yang harus kita wartakan dan perlihatkan kepada orang lain melalui tugas, pekerjaan dan pelayanan-pelayanan kita dimana pun sehingga dapat tercipta kerukunan, damai sejahtera dan hidup yang lebih bahagia. Semoga. (Rm. Mansuetus Bau, SVD, Warki 07 04 13)

Doa Ardas 2013

Standar

Ya Bapa,
kami bersyukur atas penyertaanMu memasuki tahun keempat
bersama Arah Dasar yang Kau limpahkan,
untuk mewujudkan Gereja Keuskupan Surabaya sebagai
persekutuan murid-murid Kristus
yang semakin dewasa dalam iman,
guyub, penuh pelayanan dan misioner
menuju kehidupan yang berkelimpahan.
Tuhan Yesus Kristus,
Engkaulah Sang Sabda yang telah menjadi manusia
dan tinggal di antara kami.
FirmanMu adalah pelita bagi langkah hidup kami.
Melalui Kitab Suci
kami mendengar, mengenal dan mencintai Engkau.
Mulai tahun ini kami hendak mengembangkan
kuantitas dan kualitas kerasulan Kitab Suci.
Semoga kami semakin tergerak meningkatkan minat,
memperluas pemahaman, memperdalam cinta,
dan menjadi pelaku setia atas firmanMu.
Ya Roh Kudus,
Engkaulah Roh pemelihara
dan pembimbing keberlangsungan Gereja.
Dari generasi ke generasi
Engkau memanggil orang muda sebagai penerus Gereja
yang tangguh dan berintegritas.
Kami menyadari godaan dan tantangan orang muda
sebagai penerus Gereja tidaklah ringan.
Curahkanlah api semangatMu kepada Orang Muda Katolik
agar memiliki ketangguhan dalam belajar dan berlatih
serta keberanian untuk berbagi dan berkorban.
Semoga orang tua berani mempercayai
dan mendorong Orang Muda Katolik
untuk terlibat dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat.
Dengan penyertaan Bunda Maria,
dalam Tahun Orang Muda dan Kerasulan Kitab Suci ini,
kami memohon agar semakin banyak orang
peduli dan tergerak dalam Kerasulan Kitab Suci
dan pendampingan Orang Muda di Keuskupan Surabaya.
Demi Kristus, Penyelamat kami.
Amin

Marilah Kita Memakai Dua Sayap untuk terbang menuju kebersamaan dengan Tuhan : DOA dan CINTA

Standar

Johanes Maria Heijne, lahir di Leiden (Negeri Belanda), tanggal 18 Mei 1921. Ia adalah anak ke-3 dari tujuh orang bersaudara, hasil pemaduan kasih Henricus Heijne dan Theodora Maria Esman. Mempunyai seorang kakak laki-laki dan seorang kakak perempuan serta empat adik perempuan. Seminggu kemudian, atau tepatnya pada tanggal 25 Mei 1921, si mungil Jan demikian nama kecil panggilannya, dipermandikan dengan nama permandian Johannes.

Sejak kecil, ia sudah bercita-cita menjadi seorang missionaris. Maka tak ayal, ia meminta dibelikan perlengkapan untuk misa. Dan kemudian bersama adik-adiknya, si Jan kecil bermain misa-misaan. Perilaku dan keinginan Jan untuk menjadi imam, diketahui juga oleh sang ibu tercinta. Dan sang ibu mendukung cita-cita sucinya dengan doa-doa yang khusyuk dan tekun.

Ayahnya yang meninggal pada tahun 1978, adalah seorang pekerja di sebuah Toko Koperasi. Sedangkan ibunya yang dipanggil Tuhan dua tahun kemudian (1980), adalah seorang ibu rumah tangga yang baik.

Berkat doa-doa yang kuat dari sang ibu, akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1946, Johanes Maria Heijne ditahbiskan menjadi Imam di Teteringen, bersama 15 orang lainnya.

Ada Lapangan Sepakbola ?

Sejak kecil, sesungguhnya Johanes Maria Heijne gemar sekali bermain bola. Begitu kuatnya kegemarannya akan olahraga sepakbola, sehingga ketika orangtuanya hendak mengantar ke Seminari Menengah, demi memenuhi keinginan Jan menjadi imam, ia bertanya dan melihatnya terlebih dahulu, apakah di dalam seminari itu ada lapangan sepak bola.

“Kalau tidak ada, ya tidak usah masuk saja!” katanya jujur kepada WARKI, sambil tertawa renyah.

Syukur, Seminari Menengah di Soesterberg, yang dimasukinya pada tahun 1933, ada lapangan sepakbolanya. Kalau tidak, barangkali kita tidak akan kenal Pastor J. Heijne. Unik juga.

Dan memang, hampir semua aktivitas umat Gembala Yang Baik mengetahui, kecintaan Romo J Heijne akan sepakbola. Beliau tak pernah melewatkan kesempatan untuk menyaksikan pertandingan sepakbola yang ditayangkan di layar kaca televisi, sekalipun itu berlangsung lewat tingkat Eropah maupun Piala Dunia. Apalagi, bila yang bertanding adalah kesebelasan nasional Belanda.

Selain sepakbola, Romo J.Heijne, SVD juga seorang penggemar berat olahraga tinju dan balap sepeda. Kegemarannya terhadap kedua cabang olahraga ini, tidak begitu banyak yang mengetahui. Seperti sepakbola, beliau juga tidak mau melewatkan kesempatan untuk menyaksikan pertandingan tinju maupun lomba balap sepeda, terutama Tour de France.

40 hari tidak melihat daratan

Dua tahun dua bulan setelah ditahbiskan menjadi imam, yaitu pada tanggal 18 Desember 1948, dengan menumpang kapal Madura, Romo J Heijne SVD berlayar menuju Indonesia untuk menjalani tugas misi. Sejak meninggalkan pelabuhan Ijmuiden di Negeri Belanda, hingga tiba di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, tanggal 28 Januari 1949, selama 40 hari berada di laut tanpa melihat daratan. Hal ini disebabkan kapal harus berputar lewat sebelah barat benua Afrika, tidak boleh berlayar masuk melewati Terusan Suez, karena situasi di sana sedang gawat. Bayangkan, betapa jenuh dan meletihkan.

Doa kepada Malaikat Pelindung

Standar

Malaikat pelindung yang kudus, engkaulah pengawal dan pemimpin kami.

Dalam pemeliharaanNya yang penuh kasih kepada kami, Allah telah mengutus engkau untuk melayani kami yang akan menjadi ahliwaris surga.

Kami mohon kepadamu : Dampingilah kami dalam segala pekerjaan kami, lindungilah kami dalam mara bahaya, beranikanlah kami dalam perjuangan dan pimpinlah kami menuju kemenangan jaya.

Bersama dikau dan semua malaikat kami hendak meluhurkan Allah, karena untuk itulah kami dan dikau diciptakan olehNya. Terpujilah Allah kini dan sepanjang masa. Amin

-Disadur dari Madah Bakti